Viodeogo
Borneo Tribune, Putussibau
Ada makanan dari Kab. Kapuas Hulu yang menjadi primadona masyarakatnya. Kuliner itu bernama kerupuk basah. Makanan ringan itu telah lama menjadi ciri khas makanan dari masyarakat Kapuas Hulu. Ibarat 2 keping mata uang yang tak dipisahkan, Kapuas Hulu identik dengan Kerupuk Basah dan begitu juga sebaliknya. Makanan ini favorit untuk dicicipi bagi orang yang mengunjungi Putussibau ibukota Kapuas Hulu, atau pun bagi yang pertama kali menapak bumi uncak, orang Kapuas Hulu mengandalkan kerupuk basah sebagai tanda perkenalan.
Maka tak heran, kerupuk basah memiliki simbol sosial. Beberapa cafe, di rumah-rumah atau tempat berkumpul, sebagaian masyarakat Kapuas Hulu menghidangkan kerupuk basah. Kerupuk basah pun menjadi instrumen interaksi antar masyarakt. Bentuk kerupuk basah berbagai macam jenis. Tapi yang paling populer berbentuk bulat memanjang, ada juga yang kotak memanjang. Tergantung selera pembuat kerupuk basah. Seperti di Kec. Mentebah, bentuk kerupuk basah diameternya lebar dengan kotak memanjang.
Untuk mencari kerupuk basah tidak sulu, terutama di kota Putussibau. Setiap gang selalu ada, barang 1 atau 2 penjual. Kali ini, Borneo Tribune mencoba menemukan salah satu pembuat makanan bagi semua kalangan ini. Di jl. KS Tubun, pagi-pagi jam 8, Ibu Zaenab mencampurkan tepung dan ikan belidaknya dalam 1 adonan baskom besar.
Kali ini ia diminta oleh Bank Kalbar Kab. Kapuas Hulu membuat 250 lungkung kerupuk basah. Di adonan itu, ia perlu 7 kg ikan belidak yang telah digiling, dicampur 6 kg tepung kanji. Dengan 1 liter air, membuat kerupuk basah sedap dinikmati ditambah bawang putih, sahang dan telur. Nantinya kerupuk basah itu, kali ini sesuai pesanan Zaenab takar dalam dengan ukuran 1 ons 1/2.
Rata-rata di kota Putussibau, takaran seperti itu sudah menjadi umum dengan harga Rp. 10 ribu. “Ada juga yang pesan, maunya dimasukin lemak ikan. Kalau di isi lemak ikan harganya Rp. 20 ribu,” ujar Zaenab yang telah 4 tahun membuat kerupuk basah, Senin, (28/3).
Foto: Kerupuk basah, secara sosial memiliki simbol silahturahmi masyarakat Kapuas Hulu kepada tamu luar. |
Sekarang Zaenab harus mengeluarkan uang Rp. 80 ribu setiap 10 kg dari langganannya. Padahal 2-3 tahun lalu, ia beli 10 Kg dapat setengah harga dari sekarang. “Maka tidak heran ada yang jual menggunakan ikan toman, karena banyak sekali ikan toman di pasar. Tapi kerupuk basah menjadi sedikit bau amis ikan. Saya pernah sekali, setelah itu jera,” terang nya.
Pemkab Kapuas Hulu, ternyata perlu memikirikan produksi ikan belidak yang susah diperoleh. Tetapi, di sisi lain, setelah seperti diungkapkan H. Rizal, Kepala Bank Kalbar Kab. Kapuas Hulu beberapa waktu lalu, Pemkab Kab. Hulu perlu mendorong adanya lokasi sebagai tempat favorit keluarga atau pendatang luar Kapuas Hulu sambil menikmati kerupuk basah. “Kerupuk basah sudah dikenal masyarakat Kalbar, tapi khusus Kota Putussibau perlu dipikirkan tempat berkumpul bersama anggota keluarga sambil menikmati kerupuk basah,” ujar pengamat wisata Kapuas Hulu ini.
tolong informasikan dong... gmana mau pesen nya
ReplyDeleteinfo ke no ini aja 085252169263