"Reshuflle" Bukan Solusi Tepat

Tulisan ini, pernah dimuat di harian Kompas wilayah Yogyakarta, di rubrik FORUM Mahasiswa, Jum'at, 30 September 2005. 


Kemenangan Persipura Jayapura atas tim "bertabur bintang" Persija Jakarta merupakan bentuk kemenangan yang sensasional. Namun, kemenangan yang diraih itu tidak lepas dari racikan "dingin" tangan sang arsitek, Rahmad Dharmawan.


Datang ke tanah Papua pada awal kompetisi 2005, dan hanya berselang satu tahun, ia berhasil menyatukan bakat alami, skill, dan kekompakan anak-anak asuhannya serta tentunya adalah strategi andalnya yang bisa kita lihat di lapangan. 


Bercermin dari kemampuan Rahmad Dharmawan yang mampu menjadikan sebagai tim yang solid tentu kita bisa melihat sepak terjang Kabinet Indonesia Bersatu di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).


Me-reshuffle kabinet bukanlah solusi tepat untuk membawa tim Kabinet Indonesia Bersatu menjadi tim yang solid. Apabila terjadi resuffle kabinet justru malah membuat kinerja kabinet SBY terganggu. Seandainya para menteri yang baru terpilih akibat dari resuffle itu mereka mesti beradaptasi terlebih dahulu lagi terhadap dunia kerja barunya, apalagi di situasi yang saat ini benar-benar krusial. Selain itu, isu resuffle justru menjadi ajang penantian yang bagus bagi orang-orang yang gila akan kekuasaan. Resuffle menjadi ajang memperebutkan kekuasaan.


Untuk memilih seorang menteri yang benar-benar mampu mengatasi persoalan perlu pemikiran yang keras supaya tahu betul karakter calon menteri tersebut. 
Memang kredibilitas SBY sebagai pemimpin negara dipertanyakan. Angka pengangguran yang semakin bertambah, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, korupsi yang merajalela di jajaran pegawai pemerintahan, serta rencana pemerintah menaikkan harga bakar minyak (BBM) disertai penyelundupan BBM yang merugikan hingga triliunan rupiah, dan sebagainya membuat kepercayaan rakyat atas pemerintah SBY rendah.


Jika dikaji lebih dalam lagi, bukankah pada awal pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu SBY membuat kontrak politik dengan menteri-menterinya. Dalam kontrak tersebut salah satu isinya adalah melakukan evaluasi dalam kinerja setiap satu tahun sekali. Evaluasi di mana-mana tujuannya pasti adalah menuju adanya perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.


Dengan evaluasi, kekurangan yang terjadi dalam pemerintahannya bisa ditingkatkan lebih baik lagi sehingga bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya serta kabinet nya. Supremasi hukum harus benar-benar ditegakkan, pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan, dan perbaikan-perbaikan di berbagai sektor lainnya. 


Tekad pemerintah saat ini sudah menunjukkan upaya yang keras membantu rakyat untuk keluar dari kondisi kritis. Berbagai bencana yang menimpa bangsa Indonesia menyedot banyak perhatian pemerintah. Bencana-bencana itu jelas menyedot banyak perhatian pemerintah seperti tenaga, pikiran, dan biaya yang besar yang mau tidak mau mempengaruhi kinerja kabinet nya. 


Persipura bisa merasakan "mahalnya harga" suatu kemenangan karena menjunjung sikap fair play, sportivitas, kekompakkan, dan profesional seorang pemain sepak bola yang tinggi. Jika kinerja Kabinet Indonesia Bersatu ingin menikmati "mahalnya" kepercayaan masyarakat Indonesia seharusnya perlu adanya kerja keras, pengorbanan, biaya dan pikiran yang besar untuk membawa masyarakat Indonesia sederajat dengan bangsa lain yang telah maju selangkah bahkan lebih dari bangsa Indonesia. 


                                                                                                    Yanuarius Viodeogo Seno
                                                                                                    Mahasiswa Sosiologi 
                                                                                                    Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Comments